Orang Jutek Adalah
Selalu Dianggap Galak atau Sedang Marah
Sifat jutek seseorang tentu akan terpancar pula dari raut wajahnya. Meskipun suasana hatinya sedang biasa-biasa saja, orang yang jutek sering dikira sedang marah. Kadang-kadang nada bicara orang yang jutek memang terkesan seperti orang marah, padahal menurut mereka biasa saja.
Di samping itu, banyak orang yang menganggap si jutek ini galak. Padahal, kalau Anda sudah mengenalnya, mungkin mereka tidak galak, melainkan hanya menjaga jarak terhadap orang lain dan tidak ingin mengetahui urusan orang lain.
Sikap tertutup dari orang jutek akan membuat kita tidak bisa mengetahui perasaan dan sifat aslinya. Alhasil, si jutek ini selalu terlihat galak, cuek, dan sarkastis. Akan tetapi, si jutek ini adalah orang yang penuh kejutan. Anda tidak akan tahu sifat aslinya sebelum mengenalnya lebih dekat lagi.
Di balik sikapnya yang selalu jutek dan terkesan masa bodoh, siapa tahu teman Anda yang jutek ini justru sangat perhatian dan siap membantu Anda kapanpun. Itulah alasan mengapa kita tidak boleh menilai orang dari luarnya saja, tetapi kita harus mengenalnya lebih dalam agar mengetahui sifat aslinya.
Beragam fakta orang jutek ini menunjukkan bahwa orang jutek merupakan pribadi yang introvert dan tidak peduli terhadap orang lain. Namun, itu semua kembali terhadap sifat masing-masing setiap orang. Tak kenal maka tak sayang, kan? Jadi, jangan underestimate dulu ketika bertemu dengan orang yang jutek. Siapa tahu dia justru bisa menjadi sahabat yang baik bagi Anda.
Ada banyak sekali tipe wajah yang dimiliki oleh masing-masing orang dunia ini. Ada orang yang memiliki wajah serta ekspresi yang murah senyum dan ada pula yang tipe wajahnya terkesan jutek dan gak friendly.
Memiliki tipe wajah jutek, memang terkadang memberikan keuntungan tersendiri. Namun, ada juga lho, hal kurang menyenangkan yang kerap dialami oleh seseorang dengan tipe wajah seperti ini. Penasaran apa sajakah itu? Langsung simak pemaparan lengkapnya pada artikel di bawah, ya!
Bikin minder ketemu orang lain
Komentar-komentar orang lain tentang wajah kita, terkadang memang bisa bikin minder. Bahkan, untuk ketemu orang baru pun juga malu rasanya. Takut kalau wajah kita memberi kesan yang buruk di mata orang yang melihat kita.
Memang sih, ekspresi wajah bisa dilatih. Tapi, kita pun juga masih sering memikirkan tentang kemungkinan lain yang akan terjadi nantinya. Seperti takut ekspresi wajah kita dibilang berlebihan atau takut dicap sebagai orang yang cari perhatian.
Padahal, niat kita hanya ingin memperbaiki image, tapi kalo responnya seperti itu, siapa pun juga pasti bakal jadi tambah minder dibuatnya!
Memang, ada banyak sekali hal kurang menyenangkan yang kerap dialami oleh si pemilik wajah jutek. Kalau ternyata kamu juga punya tipe wajah seperti ini, sebaiknya gak usah lagi minder, ya! Fokus aja ke dirimu dan jangan masukan ke hati perkataan orang-orang yang kerap mengomentarimu!
Baca Juga: Tak Mudah Percaya, 6 Zodiak ini Sulit Menunjukan Perasaan Sebenarnya
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Salah satu tugas negara adalah memelihara kesejahteraan rakyat dengan membangun sistem yang men-generate keadilan sosial dan menjauhkan rakyat dari kemiskinan. Jika negara lalai membangun sistem yang mensejahterakan seluruh rakyat, niscaya segala program bantuan buat rakyat miskin hanya akan menempatkan negara sebagai pusat kedermawanan.
Fondasi regulasi (legal fondation) dalam bentuk undang-undang, seperti Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Penanganan Fakir Miskin, Undang-Undang Pengelolaan Zakat, Undang-Undang Wakaf, dan lainnya tidak terlepas dari tujuan untuk merealisasikan tugas negara dalam mengelola masalah kesejahteraan yang begitu kompleks.
Kemiskinan dapat digambarkan sebagai bentuk ketidak-adilan sosial dan anomali dari tujuan pembangunan masyarakat madani. Tokoh pejuang pers nasional almarhum Mochtar Lubis menyampaikan kritik sosial yang layak direnungkan;
“Bila Anda tetap saja tidak mendapat penghasilan yang cukup untuk bisa hidup layak sebagai manusia, betapapun kerasnya Anda bekerja dan ingin bekerja, itu adalah ketidakadilan sosial. Bila anak-anak Anda tak dapat bersekolah, atau anak-anak itu tak dapat disekolahkan karena alasan keuangan, itu ketidakadilan sosial. Bila Anda harus tinggal di daerah kumuh yang tidak memenuhi syarat sebagai pemukiman manusia, itu adalah ketidakadilan sosial. Bila Anda sakit dan tidak punya dana untuk membayar dokter, obat dan rekening rumah sakit, itu ketidakadilan sosial. Bila hanya segelintir kaum elite menikmati semua kekuasaan dan semua kemakmuran dan semua kesejahteraan hidup, itu juga ketidakadilan. Bila seorang anak lapar menangis di kegelapan malam, itu adalah tangisan menuntut keadilan. ” (Mochtar Lubis Wartawan Jihad, penyunting Atmakusumah, 1992)
Bangsa Indonesia memiliki kearifan lokal seperti tercermin pada budaya gotong-royong dan tolong menolong yang pada dasarnya dapat menjadi katup pengaman terhadap bahaya kemiskinan. Sebagai contoh, kearifan lokal di Minangkabau mengajarkan, “Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang (berat sama dipikul ringan sama dijinjing) dan “Kaba baiak bahimbauan, kaba buruak bahambauan” (kabar baik berhimbauan, kabar buruk berhamburan). Saya kira hampir semua suku dan etnik di Nusantara memiliki kearifan lokal yang secara eksplisit dan implisit menegaskan keberpihakan terhadap orang-orang yang dalam kesusahan sebagai bentuk tanggung jawab kemanusiaan.
Dalam kenyataan, kenapa orang miskin mengalami kelaparan, anak-anak menderita gizi buruk, anak keluarga miskin bunuh diri karena orang tuanya tidak mampu bayar uang sekolah, seperti terjadi di Jakarta dan di tempat lainnya. Di manakah negara dan kearifan lokal?
Wilayah administrasi negara dibagi habis sampai ke pemerintah desa/kelurahan atau nama lain. Setiap desa/kelurahan atau yang setingkat terbagi menjadi jorong, kampung, atau di perkotaan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Oleh sebab itu tanggungjawab untuk memelihara dan melindungi kesejahteraan rakyat harus berjalan di semua lingkup kewenangan pemerintahan. Motto perjuangan almarhum Said Tuhuleley, tokoh pemberdayaan masyarakat PP Muhammadiyah patut menjadi renungan kita semua dalam upaya memberdayakan masyarakat kecil di manapun, almarhum menyatakan: “Selama rakyat menderita, tidak ada kata istirahat.”
Semua unsur dalam pemerintahan sampai strata paling bawah harus memiliki kepekaan dalam melihat persoalan kemiskinan. Gamawan Fauzi sewaktu menjabat Menteri Dalam Negeri mengingatkan para pejabat di daerah, jangan mengutamakan anggaran untuk kepentingan mereka sendiri, seperti untuk pembangunan rumah pejabat yang mewah, pengadaan mobil mahal, kantor megah dan lainnya yang tidak pantas. Prioritas anggaran harus untuk masyarakat. Sejalan dengan imbauan, pejabat di pusat tentu juga harus menjadi contoh yang baik.
Dalam kaitan ini peran fasilitatif dan mediatif aparatur pemerintah harus dioptimalkan untuk mempercepatan langkah mengatasi kemiskinan. Manajemen pembangunan, konsistensi kebijakan dan keteladanan merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan. Manajemen pemerintahan harus digerakkan oleh kepemimpinan yang transformatif dan mentalitas aparatur yang bisa membuat rakyat percaya kepada sistem, bukan menunggu keajaiban dalam siklus lima tahun.
Peran kepemimpinan formal di pemerintahan dan peran masyarakat merupakan dua elemen pokok dalam penanggulangan kemiskinan. Semenjak empat dasawarsa lalu di ibukota negara dan di semua daerah sudah ada lembaga pengelola zakat yang menjalankan tugas dan fungsinya membantu orang-orang miskin, yaitu BAZNAS (dahulu BAZIS) dan lembaga-lembaga amil zakat (LAZ) yang diprakarsai masyarakat.
Pembentukan lembaga pengelola zakat adalah bagian integral dari sistem kesejahteraan yang difasilitasi oleh negara. Lembaga pengelola zakat didirikan untuk memberikan pelayanan kepada kaum miskin dan menyelesaikan masalah semua orang. Untuk itu BAZNAS dan LAZ harus “familiar” dengan kenyataan hidup orang miskin. Visi lembaga zakat untuk mengubah mustahik menjadi muzaki sungguh tidak mudah, tetapi minimal bisa membuat mustahik menjadi mandiri sehingga terbebas dari fakir dan miskin. Karena itu, lembaga zakat harus benar-benar menerapkan manajemen Islami agar berkah.
Di sekitar isu kemiskinan sebagai persoalan serius bangsa, masih ingatkah pembaca tahun 2013 lalu seorang bocah putus sekolah bernama Tasripin (12 th) yang menjadi buruh tani untuk menghidupi ketiga adiknya tiba-tiba menjadi berita nasional? Simpati dan bantuan spontan pada waktu itu berdatangan bahkan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengetahui kasus tasripin melalui twitter. Tasripin setiap hari bekerja di sawah agar adik-adiknya bisa makan. Satinah, ibu mereka, meninggal dunia dua tahun silam di usia 37 tahun akibat terkena longsoran batu saat menambang pasir di dekat rumahnya. Kuswito, ayahnya, mencari nafkah di luar kota. Tasripin dan adik-adiknya hidup sebatang kara dan hanya berteman tetangga yang kerap memberi mereka makanan. Hal yang mengesankan, sore hari ia masih sempat mengajar adik-adiknya membaca Al Quran dan mengajak shalat di mushalla depan rumahnya. Tasripin memperoleh hadiah uang dari Presiden, Menteri Agama, dan mendapat simpati luar biasa dari pejabat pusat dan daerah. Rumah tempat tinggal Tasripin di Banyumas, Jawa Tengah direnovasi oleh Kodim dan Korem yang bertindak cepat memberi bantuan. Cerita dan kisah Tasripin telah berlalu dan mungkin telah terlupakan karena tertutup oleh isu-isu baru.
Tasripin hanyalah potret “gunung es” kemiskinan absolut dan kepincangan sosial di negara kita yang berdasarkan Pancasila. Di pelosok tanah air masih banyak anak-anak keluarga miskin yang bernasib sama atau mungkin lebih pahit hidupnya daripada Tasripin yang beruntung karena diekspos oleh media.
Para pemimpin dan elite di pusat dan di daerah-daerah tidak seharusnya mengalami “rabun dekat” dengan realita kemiskinan, atau menutup-nutupi fakta tentang kemiskinan di daerahnya. Kemiskinan dan kepincangan sosial harus diatasi dengan pendekatan regulatif dan kebijakan, bukan dengan pendekatan yang bersifat karikatif. Pemimpin yang bijaksana tentu tidak mau menjadikan rakyatnya bermental pengemis. Pemimpin yang bijaksana tentu menyadari bahwa negara wajib membangun sistem yang menghasilkan pemerataan kesejahteraan, menjamin keamanan serta menegakkan hukum dan keadilan. Di sinilah perbedaan antara tindakan negara dan tindakan masyarakat dalam mengatasi masalah kemiskinan.
Wallahu a’lam bisshawab.
Bogor (SI Online) – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Didin Hafidhuddin menjelaskan bahwa sunnatullah (ketetapan Allah) akan berlaku terhadap siapapun, baik orang baik maupun yang jahat.
Bagi orang yang jahat atau zalim di dunia, sunnatullahnya orang tersebut pada akhirnya akan mendapatkan azab.
“Meski (orang zalim) mempunyai kekuasaan yang luar biasa, berbagai kekuatan ada dalam kekuasaannya seolah-olah mereka tidak akan kalah dalam hidupnya. Akan tetapi sunnatullah mengungkapkan, ketika mereka sedang dalam puncak kezaliman dan kesombongannya maka terdapat siksa yang mungkin kita tidak melihatnya. Mungkin secara pribadi, ia merasa ada penderitaan batin yang tidak tampak,” ungkap Kiai Didin dikutip Suara Islam Online, Kamis (9/9/2021) melalui kajian online di Kalam TV.
Kata Kiai Didin, sudah sunnatullah bahwa akan datang azab Allah kepada orang zalim akibat apa yang mereka lakukan.
“Mereka akan merasakan azab di dunia, apalagi di akhir kehidupannya terlebih di akhirat nanti,” ujarnya.
Jadi, kata Kiai Didin, itulah sunnatullah yang berlaku bagi umat manusia sejak zaman dahulu terhadap orang-orang zalim. “Dan tidak akan ada perubahan sunnatullah itu (tetap akan berlaku),” jelasnya.
Sementara itu, bagi orang-orang beriman yang beramal saleh akan mendapatkan ketenangan dan balasan yang baik walaupun menghadapi berbagai macam ujian dalam kehidupannya.
“Sebaliknya orang-orang zalim, durhaka dan bermaksiat kepada Allah, betapapun mereka memiliki kekuasaan, dia akan mendapatkan azab dari Allah dan kehidupannya tidak akan tenang,” tandas Kiai Didin.
Tidak Mudah Terbebani dengan Masalah
Salah satu fakta sekaligus keuntungan menjadi orang yang jutek adalah tidak mudah terbebani dengan masalah. Orang yang emosional mungkin akan langsung panik, down, dan curhat sana-sini jika sedang mendapatkan sebuah masalah. Sementara orang yang jutek memiliki cara unik untuk menanggapi sebuah masalah. Mereka akan menanggapi masalah dengan tenang dan santai.
Si jutek akan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa mengumbarnya kepada orang lain. Yang lebih menarik lagi, orang jutek tidak akan memandang sebuah masalah sebagai beban, mereka bisa mengendalikan diri untuk tidak terus menerus memikirkan masalah tersebut. Wah, enak juga, ya!
Menyembunyikan dirimu yang sebenarnya
Orang yang tertarik denganmu ingin tahu dirimu yang sebenarnya. Jika sulit untuk terbuka, teman dan pasangan dapat mulai melihatmu sebagai sosok yang dingin dan jutek. Nggak ada salahnya untuk terbuka dengan perasaanmu dan menunjukkan kelemahanmu pada orang lain. Sebab, kedua hal itu dapat membuat mereka merasa kalau kamu sama sepertinya, seperti kebanyakan orang. Kamu jadi terlihat lebih terbuka dan mudah untuk didekati. Jika sulit, mulailah berlatih dari sekarang.
Cuek Terhadap Urusan Orang Lain
Seseorang yang jutek biasanya tidak peduli terhadap orang lain. Si jutek bakal anti banget terhadap gosip-gosip murahan atau kebiasaan membicarakan orang lain. Kalau ada teman-teman yang membicarakan orang lain, mereka akan merasa tidak nyaman dan menyingkir dengan sendirinya. Orang jutek merasa bahwa membicarakan orang lain adalah hal yang buang-buang waktu.
Jadi, kalau Anda merasa tidak peduli terhadap urusan orang lain, mungkin Anda termasuk orang yang jutek. Kalau Anda punya teman yang selalu cuek ketika membahas urusan orang lain, sebaiknya jangan mengajaknya bergosip agar ia merasa nyaman dengan Anda.
Sering dinilai sebagai seseorang yang jutek oleh orang lain saat pertama kali bertemu atau berkenalan? Padahal mungkin sebenarnya, kamu adalah sosok yang lembut dan perhatian? Kesan pertama ini dapat mudah terjadi ketika kamu memiliki kebiasaan yang membuatmu terlihat seperti orang yang jutek atau cuek, bahkan tanpa kamu sadari, Bela.
Terlihat jutek memang bukan sesuatu yang membahayakanmu. Namun, bukan berarti kamu nggak perlu memperbaikinya, lho. Melansir dari Bustle, mengubah kesan pertamamu agar terlihat seperti orang yang ramah tentu saja akan membuatmu terlihat seperti sosok yang baik dan mudah didekati. Jika ingin mengubahnya, ada beberapa kebiasaan yang perlu kamu ubah, Bela.
Menunggu orang lain mendekatimu lebih dulu
Jika kamu lebih memilih berdiam diri di area yang lebih sepi saat menghadiri sebuah acara, hal ini bisa saja membuatmu terlihat seperti sosok yang jutek. Memang, mungkin kamu hanya ingin merasa lebih tenang di tengah keramaian. Namun coba pikirkan dari perspektif orang lain. Jika kamu merasa nggak ada orang lain yang mengajakmu berbicara, kemungkinan besar itu terjadi karena kamu nggak pernah mengajak orang lain untuk mengobrol lebih dulu. Menurut para ahli, nggak mendekati orang lain dapat membuatmu terlihat sombong dan jutek.
Mengacaukan pendapatmu dengan fakta
Mengobrol dan saling berbagi pendapat adalah hal yang baik untuk dilakukan. Namun, para ahli mengingatkan kalau ada perbedaan besar antara opini dan fakta yang ada di dunia ini. Tentu saja, kamu dapat mengutarakan pendapatmu. Namun, jangan lupa untuk membuka pandangan terhadap fakta yang ada dan mau menerima pendapat orang lain. Jika nggak, hal ini kemudian yang membuatmu terlihat seperti orang sombong dan jutek.
Nggak mau mendengarkan
Semua orang ingin didengar dan dimengerti. Nggak dapat melakukan itu akan membuatmu dinilai sebagai orang yang jutek dan galak. Jadi, mengapa nggak mulai mencoba untuk mau mendengarkan orang lain saat mereka bercerita, Bela?
Kebiasaan-kebiasaan ini dapat mengesankanmu sebagai orang yang jutek, dingin, sombong, dan sulit diajak berteman di mata orang lain, Bela. Nggak mau ‘kan dianggap seperti itu? Karena itu, mulai berlatih untuk mengurangi kebiasaan-kebiasaan ini sehingga kamu dapat terlihat sebagai orang yang ramah dan terbuka.
Dokumen tersebut memberikan tips untuk mendekati cowok yang pemalu dan cuek. Disebutkan bahwa cowok seperti itu cenderung pemalu, pendiam, kurang perhatian karena kurang dipercaya, tetapi sebenarnya mereka menginginkan perhatian. Untuk mendekatinya, perlu memberikan perhatian lebih, mendengarkan curhatannya, memberikan kepercayaan dengan cara bersikap santai dan tersenyum.
“Kok kamu jutek banget sih!” Pernahkah ada yang berkata seperti itu kepada Anda? Padahal, Anda merasa biasa saja, tetapi banyak orang yang memberi cap jutek pada diri Anda. Mungkin tanpa Anda sadari, wajah dan sikap Anda menunjukkan kesan jutek terhadap orang lain. Biar nggak penasaran, lebih baik cek saja di 10 fakta orang jutek berikut ini.
Mungkin Anda sudah mencoba bersikap ramah terhadap orang lain. Akan tetapi, tanpa Anda sadari wajah dan perilaku Anda tampak jutek di hadapan orang lain. Nah, cari tahu apakah benar Anda termasuk orang yang jutek atau tidak melalui fakta orang jutek yang dirangkum oleh Kamini ini.
Mengatakan apapun yang ingin dikatakan, kapan pun itu
Kita pasti punya teman yang dapat mengatakan apapun dengan mudahnya, nggak peduli kapapun dan di mana pun itu. Rasanya, seperti nggak ada sesuatu yang dapat menyaring perkataan keluar dari mulutnya. Apa kamu justru bersikap seperti ini, Bela? Pada beberapa momen, kebiasaan ini memang dapat mengesankanmu sebagai orang yang menyenangkan dan penuh kharisma. Namun di sisi lain, mudah mengatakan suatu hal pada orang lain dapat membuatmu terlihat seperti orang yang galak dan jahat. Para ahli menyarankan untuk selalu melihat lawan bicara mu, dan mencoba untuk mengurangi kebiasaan itu, terutama pada orang yang baru saja kamu kenal.